FIRASAT (screenplay)

Ini adalah interpretasi saya terhadap lagu Firasat selepas mendengarkan versi Raisa. Saya sudah membaca cerita pendeknya, tapi belum sempat menonton filmnya. Semoga punya saya beda dari keduanya hehehehe….

Firasat Ilustrasi

 

INT. RUANG BELAKANG – SIANG

Cuaca di luar berawan, pelataran halaman belakang yang rimbun oleh berbagai tanaman terlihat tenang.

Tiga orang perempuan duduk melingkari meja bundar, yang dua berdekatan satu lagi agak renggang. Cassandra, pemilik rumah. Widya dan Olivia, Tamu. Sandra tersenyum, menatap dua tamunya bergantian. Widya terlihat terlampau antusias sementara Olivia sebaliknya,tampak bingung, raut polosnya mirip bocah yang baru masuk di hari pertama sekolah.

SANDRA : Bisa saya lihat fotonya?

OLIVIA : Ada, sebentar.

Olivia mengaduk-aduk isi tas besarnya cukup lama, Widya menyela.

WIDYA : Kami mohon bantuan mbak Sandra, sudah beberapa hari ini dia tidak bisa dihubungi.

Air muka Widya berubah terlampau khawatir. Namun sebelum dia membuka mulut, Olivia telah menyodorkan sebuah foto terbalik berukuran setengah kartu pos.

Sandra tersenyum menenangkan pada Widya

SANDRA : Saya coba sebisanya.

Sandra mengambil foto di depannya, membalik, otot lehernya menegang, namun tak ada yang sadar.

SANDRA: Ini… (berdehem), siapa namanya?

OLIVIA : Arya

WIDYA : Arya Widiatmadja.

Sandra mengusap wajah di foto dengan gerakan dan gestur senatural mungkin, matanya terpejam sebentar dengan napas yang diatur sedemikian rupa. Didepannya Widya dan Olivia menatap penuh harap.

FLASH BACK: Arya dalam wujud nyata on camera, tersenyum dikulum.

Sandra membuka mata,  menatap tajam pada foto.

SANDRA : Arya… maksud saya suami anda, pria Sagitarius, Monyet air.

Widya dan Olivia menampakan ketertarikan.

SANDRA (contd): Pekerja lapangan. Garis-garis tegas ini…

Jari-jari Sandra menelusur wajah foto Arya.

FLASH BACK: Arya terpejam menghadap samping, lelap.  Jari-jari serupa milik Sandra menelusuri wajahnya.

SANDRA (contd) : menandakan seorang yang teguh pendirian, mandiri , sedikit humoris…

Sandra menatap sekilas pada Widya dan Olivia yang mengangguk hampir berbarengan, sorot mereka memancarkan mulai kagum dan harap yang meninggi dalam kekhawatiran.

Sandra kembali menekuni wajah di foto.

SANDRA : Pria yang pandai menempatkan diri dan bisa menguasai situasi.

Sandra menarik napas. Widya dan Olivia kembali terlihat sedikit khawatir.

SANDRA (contd) : Sekarang dia ada di tempat asing dan terpencil, tak begitu bersahabat.

FLASH BACK: Tangan milik serupa Sandra memilah satu per satu berbagai surat, tiket penerbangan ke Papua, peta pedalaman, foto-foto belantara yang diambil dari udara; rimbun dan padat.

WIDYA : Apa dia baik-baik saja, tidak sakit, tidak celaka?

Air muka Sandra kaku, rahangnya bergemeretak, menatap pelataran halaman, beralih pada awan yang bergulung-gulung, kembali ke pelataran, tampak sosok Arya berdiri, membelakangi, menatap pohon.

Arya hendak berbalik

WIDYA : Mbak Sandra?

SANDRA : Saat ini, ia jauh dari sarana komunikasi, tapi ia…….. baik.

Sandra mencuri pandang pada Widya dan Olivia yang saling tatap, ada sedikit lega di wajah mereka. Sandra menelan ludah.

SANDRA (berbisik sangat pelan, pada diri sendiri) : Semoga.

FADE OUT

FADE IN

E.C.U: LAYAR TELEPON SELULAR

(Mengetik): Kau tahu siapa klien baruku? Istrimu hahahahah…. Perempuan cantik yang beruntung.  Dimana kamu?(KIRIM)

EXT: JALAN PERUMAHAN – PETANG

Cuaca mendung, awan bergulung kelabu. Sandra berjalan pelan, mulutnya komat-kamit. Sesekali ia menatap angkasa. Berhenti. Komat-kamit. Memejam mata. Mengatur napas. Membuka mata. Kembali memandang angkasa.

Satu tangan kekar pria, meraih pergelangannya, menggenggam telapakanya. Cuaca berubah, menjadi lebih cerah. Sandra berada di tempat yang sama di waktu berbeda. Masa lampau. Arya berjalan di sampingnya dalam pakaian pulang kerja.

ARYA : Kenapa?

Sandra menatap Arya lekat-lekat.

ARYA (contd): Hei, ada apa?

Alih-alih menjawab, Sandra makin mengeratkan genggaman dan merapatkan badan, wajahnya terbenam dibahu Arya.

SANDRA : Jangan pergi.

Senyum riang Arya memudar, berubah bersama tatap yang meminta pemakluman. Sandra bergeming dalam posisinya. Arya merengkuh Sandra kepelukannya, mencium kening Sandra dengan tatapan berat.

Bahu Sandra bergetar naik turun, kini ia kembali sendiri di jalan. Lampu-lampu telah menyala, hari mulai gelap. Sandra berjongkok. Menangis tersedu.

FADE OUT

FADE IN

EXT. CAFÉ – SORE

Suasana café lengang, tampak Sandra yang mengenakan seragam pegawai berbincang serius dengan Olivia yang gaya namun murung dan lelah. Olivia bahkan beruai air mata, sementara Sandra tampak kagok untuk menyentuh Olivia.

Dari balik meja kasir, Winna mencuri-curi pandang.

CUT TO:

INT. TOILET CAFÉ – PETANG

Sandra membasuh mukanya cepat-cepat, berulang kali, menatap pantulan diri di cermin yang sama lelahnya dengan Olivia, matanya merah, Sandra membasuh lagi wajahnya berulang-ulang.

CUT TO:

INT. LORONG – MALAM

Winna menunggu sambil mempermainkah telepon selular, tak lama berselang Sandra keluar dari dalam toilet dengan kepala basah, sebagian kaosnya juga basah. Winna tersenyum riang yang terlihat sangat disengaja, lalu menggandeng bahu Sandra dan mengajaknya berjalan. Sandra tampak tertunduk lesu.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA – MALAM

Angkasa ramai oleh bintang, bulan sabit menggantung.

Di jalan sebuah mobil melaju santai.

INT. MOBIL – MALAM

Sandra duduk di jok belakang, menyender malas ke kaca jendela. Di jok depan Winna berbincang dengan Dion, kekasihnya, suara mereka timbul tenggelam.

Lampu merah menyala. Mobil berhenti, Sandra menatap langit berlama-lama. Suara motor menyadarkannya.

Sandra menatap jalan, sebuah sepeda motor berhenti tepat di sampingnya. Arya naik di depan, di belakangnya Sandra menempel, memeluk erat. Keduanya tampak berbincang, sambil sesekali tertawa tanpa suara terdengar, kepala Sandra bersandar di punggung Arya.

Keduanya terus berbincang seperti tak sadar di perhatikan. Dari dalam mobil Sandra menatap lekat agak tercekat.

Lampu hijau menyala, motor mendahului, tatapan Sandra mengikuti.

P.O.V kaca depan, pengendara motor berubah menjadi orang lain dan seorang diri.

CUT TO:

INT. KAMAR TIDUR – MALAM

Sandra duduk serius, dikelilingi lilin, didepannya terhampar deretan kartu tarot. Sandra meneliti satu persatu dengan tatapan putus asa.

Sandra mengulang mengocok dan menggelar kartu hingga beberapa kali.

Sandra mengganti media dengan cangkir dan daun teh, berulang kali. Kembali ia tak menemukan apa yang dicari.

Sandra mondar-mandir, kamarnya kini berantakan.

Sandra membuka lemari, mengambil kaos sembarang.

CUT TO:

INT. GYM – MALAM

Sandra berlari di trademill, berlumur keringat, namun ia terus berlari menghadap kaca-kaca besar yang menghadirkan pemandangan malam gelap.

Telepon genggamnya berdering, terbaca nama Olivia. Sandra mengacuhkannya. Telepon berhenti sesaat, lalu berdering lagi. Sekali lagi telepon berhenti. Lalu berdering lagi.

Sandra menghentikan lari, meraih telepon.

SANDRA : Halo.

Sandra menempelkan tubuh di kaca, memandang langit berbulan sabit, mendengarkan suara di telepon sambil menggigiti bibir, antara berat, tidak enak, enggan dan kesal.

SANDRA (tetap ramah) : Sedang saya usahakan mbak, gambarannya masih sama seperti kemarin. Iya mbak, kalau ada perkembangan pasti langsung saya kabari.

Jeda

SANDRA (contd): Tentu.

Sandra termenung sejenak, menelan ludah, matanya mulai berkaca-kaca.

SANDRA : Ya… saya…….. tahu.

FADE OUT

FADE IN

INT. KAMAR MANDI – MALAM

Sandra berdiri diguyur air dari shower, uap air hangat menyeruak, memburamkan area.

SANDRA (v.o): Untuk apa aku punya kemampuan ini jika tak bisa memperingatkan orang yang ku sayang?

FLASH BACK

INT. KAMAR – MALAM – MASA LAMPAU

Sandra berpakaian serba hitam, duduk membungkuk tepi ranjang, disampingnya ada Cheryl, kakak perempuannya. Mereka mengenakan pakaian serba hitam, tampak bersedih, namun Sandra lah yang terlihat lebih terpukul.

Cheryl tak menjawab, hanya mengusap dan menarik Sandra ke pelukannya.

SANDRA : Aku bisa meramalkan masa depan seseorang, memperingatkan mereka jika ada bahaya, merasakan tentang datangnya kabar gembira, tapi kenapa saat orang tuaku celaka semua indraku menjadi tumpul?

SANDRA (V.O) : Jika saja aku bisa merasakan tanda-tanda bahaya bagi orang yang ku cinta…

CUT TO:

INT. KAMAR TIDUR – MALAM

Sandra merebahkan diri, meredupkan lampu. Tidur menyaping, terpejam.

Dari belakang muncul Arya, memeluk Sandra yang tersenyum, menggelungkan diri, bergerak, berbalik hendak memeluk. Tak ada Arya. Hanya bantal yang masih utuh.  Sandra membenamkan wajahnya di bantal.

FADE IN

FADE OUT

INT. KAMAR RIAS – PAGI

Sandra telah mengenakan kebaya pengiring pengantin, Winna mendandani, namun wajah Sandra tetap terlihat kuyu. Winna tampak prihatin.

WINNA : Kamu yakin masih mau jadi pagar ayu? Lemes banget gini? Resepsi nikahan Monik lama lho.

SANDRA: Gak apa-apa Win.

WINNA : Beneran?

Sandra mencerah-cerahkan wajahnya.

SANDRA : Iya.

Winna tersenyum, menenangkan, namun matanya memancarkan kekhawatiran.

FADE OUT

FADE IN

EXT. JALAN – SIANG

Jalanan padat, cuaca panas berat. Mobil Dion melaju diantara kendaran yang padat merayap.

CUT TO:

INT: MOBIL DION – SIANG

Winna dan Dion sibuk berbicara soal lalu lintas dan suasana pernikahan Monik, Sandra duduk lemas di jok belakang, tatapannya lurus kedepan, kosong.

Dion memutar mobilnya menuju jalan salah satu jalan alternatif

WINNA : Kok lewat sini Say?

DION : Kenapa memang? Kan biar gak macet.

WINNA (berbisik sambil curi-curi lirik): Ini kan jalan ke arah rumah Arya.

DION : Aduh, kenapa gak kasih tau, mana gak bisa puter balik lagi. Memang rumahnya di sekitar sini ya?

WINNA : Agak ke sana sih.

Winna menunjuk salah satu anak jalan.

WINNA (contd): Gak enak aja sama Cassandra, dia kan lagi..

Winna memberi isyarat yang hanya dimengerti oleh keduanya.

WINNA (contd): Cepetin dikit bisa nggak?

DION : Ntar belokan depan kita balik lagi ke jalan gede.

CUT TO:

EXT. JALAN – SIANG

Jalan masih padat, mobil Dion masuk ke arus kendaraan.

Mobil Dion telah jauh dari belokan.

CUT TO:

INT. MOBIL – SIANG

Winna dan Dion kembali berbincang, sambil sesekali mengajak serta Sandra yang lebih banyak bengong . tiba-tiba mendung datang dengan cepat, rintik hujan besar berjatuhan.

DION : Alamat banjir lagi nih.

WINNA : Cuaca sekarang memang…

Sandra yang sedari tadi hanya bengong mendadak duduk tegak seperti merasakan sesuatu. Wajahnya tegang, mulai panik.

SANDRA : Arya!!

WINNA : Ada apa San? Mana Arya?

Sandra seperti tak peduli pada pertanyaan Winna, ia malah plingakplinguk panik, guguk, tegang.

SANDRA : Arya! Arya!!

Air mata Sandra turun, ia makin panik.

WINNA : San! Sandra! Ada apa?

SANDRA : Arya!!!

Tiba-tiba Sandra membuka mobil, berlari keluar.

SANDRA  (mulai menangis panik, histeris): Aryaaa!! Aryaaaa!!!!!!!

WINNA (ikut panik): Say, susul Sandra.

CUT TO:

EXT. JALAN – SIANG

Sandra berlari sambil terus menangis, menerobos hujan yang turun deras.

SANDRA : Arya! Aryaaaaaaaaa!!!!!!!!!!

Sandra terus berlari diantara deras hujan, menaikan kain batiknya, kelom yang ia kenakan telah terlepas. Rambutnya berantakan, riasannya luntur. Ia berlari, histeris.

Tak jauh di belakangnya Dion mengejar, tampak kelimpungan.

DION : Sandra!….. Sandra!….. Cassandra, tunggu!!

SANDRA (makin menjadi-jadi): Aryaaaaa!!! Arya!!!!!

Suara Sandra tertelan deras hujan. Lari Sandra makin cepat seperti mengejar sesuatu, dan kehilangangan sesuatu.

Dibelakang, Dion beberapa kali berhenti untuk menambah napas, lalu kembali mengejar. Berteriak setengah membentak.

DION : Cassandra! Cassandra!

Sandra terus berlari.

CUT TO:

EXT. PERUMAHAN – SIANG

Sandra tiba depan salah satu rumah besar, pagar halamannya terbuka karena penuh mobil yang terparkir. Sandra berlari menuju pintu. Di belakangnya Dion ikut masuk.

Di depan pintu Sandra menggedor-gedor sambil terus memanggil.

SANDRA : Arya! Arya!

DION : Cassandra, apa-apaan ini?

Dion hendak menarik Sandra, namun pintu keburu dibuka dari dalam oleh, Sandra segera menerobos masuk.

CUT TO:

INT. RUMAH – SIANG

Sandra menerobos sambil terus menangis memanggil-manggil.

Di dalam rumah berkumpul orang-orang dengan wajah muram, seperti menunggu sesuatu yang belum pasti, termasuk Olivia dan Widya yang duduk menghadap telepon rumah. Begitu Sandra masuk Olivia yang tampak cemas segera berdiri, pandangan keduanya bertemu.

Sandra berdiri linglung, basah, berantakan, terus menangis. Dion yang juga basah menutup muka sejenak, menjambak rambutnya sendiri, tak siap dengan drama yang tersaji.

SANDRA (masih menangis): Arya! Arya!

Ekspresi Olivia yang semula cemas berubah menjadi penolakan, keinginan untuk tidak percaya, air matanya menggenang.

OLIVIA (mulai terisak, berbisik lebih pada diri sendiri) : Jangan….. jangan… jangan…

SANDRA : Arya…

Telepon berdering, Omar, adik Olivia hendak mengangkat, namun Olivia segera menyambar, dengan tatapan masih beradu pandang dengan Sandra yang terus menangis.

OLIVIA : Halo…

Jeda.

OLIVIA : Benar.

Napas Olivia mendadak berat, berguncang seperti mencari udara, tubuhnya bergetar, menutup mulut, air mata berjatuhan, menangis sambil terus mendengarkan telepon, tatapannya terus tertuju pada Sandra.

SANDRA (menangis lemas seperti ada yang mendadak hilang dalam dirinya) : Arya! Arya……

Tubuh Sandra limbung, Dion dengan sigap meraih sebelum Sandra terjatuh.

P.O.V SANDRA: Segalanya serba memburam, Olivia berlari kearahnya meninggalkan telepon seperti hendak menangkap tubuhnya yang terjatuh, di tempat Olivia tadi berdiri ia melihat sosok Arya.

FADE TO BLACK

2 pemikiran pada “FIRASAT (screenplay)

Tinggalkan Balasan ke Vio Flanel Batalkan balasan